Penulis : Pdt. Prisca Dewi Walukouw, S. Teol
SOBAT obor, selamat Tahun Baru! Generasi muda sekarang hidup di era globalisasi menuju society era 5.0 yang membawa pengaruh kemudahan, keterbukaan dan kebebasan dikarenakan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan khususnya kemajuan teknologi digital. Di satu sisi, era ini membawa hal positif jika kemajuan yang ada digunakan sebatas untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan, menunjang studi hingga mendapatkan peluang kerja, namun di sisi lain kemajuan yang ada bisa disalah gunakan sehingga menyesatkan orang ke dalam pengaruh universalisme dan modernisme yang mengakibatkan gaya hidup hedonisme (kenikmatan dunia). Hal ini adalah ancaman bahaya dalam kekristenan karena bisa mendistorsi iman.
Dalam bacaan kita di pasal 3, jemaat Kristen di Filipi sedang terancam bahaya ajaran sesat sehingga Paulus nampaknya mengulang kembali apa yang sudah pernah diajarkannya dahulu, untuk memperingatkan jemaat agar berhati-hati terhadap ajaran palsu dari para penyesat yang adalah orang-orang Kristen yang sebelumnya menganut agama Yahudi atau Yudaisme. Paulus secara tegas dan keras mengecam para penyesat dengan menyebut mereka anjing-anjing, pekerja-pekerja yang jahat, dan penyunatpenyunat palsu yang harus jemaat waspadai dengan sangat berhati-hati. Paulus menyebut mereka anjing-anjing karena mereka sering memandang orang non Yahudi atau gentiles yang tak bersunat layaknya anjing yang rendahan dan tidak layak diterima. Karena itu Paulus bersaksi tentang pengalaman pribadinya sebelum dan sesudah ia mengenal Kristus. Paulus menyatakan bahwa dahulu ia yang bernama Saulus, dia adalah keturunan keluarga Ibrani asli, dari suku Benyamin dan taat melakukan hukum Taurat sehingga ia disunat tepat pada hari kedelapan setelah kelahirannya sesuai aturan dalam Taurat (Kej 17:11-12). Diapun mendapat pendidikan Taurat tingkat tinggi di bawah ajaran guru besar yang bernama Gamaliel. Saulus ini kemudian menjadi pemimpin Yahudi beraliran Farisi yang superior, bahkan ia menunjukkan kinerja dalammembela agamanya dengan cara berani menganiaya orang Kristen yang dilihat sebagai gangguan bagi Yudaisme. Saulus juga mengklaim bahwa ia tak bercacat dalam menaati hukum Taurat , namun pada akhirnya mengakui bahwa tidak seorangpun dibenarkan karena melakukan hukum Taurat (Gal 2:16).
Oleh kasih karunia Allah, Sauluspun mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang seketika mengubahkannya. Saulus ditransformasi oleh Injil menjadi Paulus, pribadi yang sama sekali baru. Pikiran, perasaan, kehendak, prinsip dan tujuan hidupnya berubah drastis. Identitas diri, kedudukan, jabatan, kehormatan dan semua pencapaian hebat yang tadinya sangat dibanggakan dan dipertahankan selaku pemimpin Yahudi terkemuka, kini dianggap sebagai suatu kerugian, bahkan semuanya itu dilihatnya sama dengan sampah/kotoran sehingga tidak mau ia pertahankan melainkan ia membuang semuanya demi memperoleh Kristus. Baginya, mengenal Kristus merupakan hal yang paling berharga tiada bandingnya, iman kepada Kristus adalah harga mati yang tidak akan ia tukar dengan apapun yang paling megah dan indah sekalipun. Memperoleh Kristus juga berarti memperoleh kebenaran, keselamatan dan hidup kekal. Akhirnya, Paulus memotivasi jemaat Filipi untuk sungguh-sungguh meninggalkan kebiasaan hidup yang lama dan memandang kepada Kristus dalam hidup yang baru karena telah menyatu dengan Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Sobat obor, mengawali tahun baru ini, Firman mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap pengaruh negatif era globalisasi sekarang ini karena bisa menyesatkan kita jika kita tidak mampu membawa diri sesuai dengan berita Injil yang Alkitabiah. Karena kemajuan teknologi digital dan dunia virtual, kaum muda bisa terpengaruh dengan Injil palsu, yakni berita tentang Kristus yang sudah ditambahi atau dikurangi sesuai paham atau doktrin tertentu, misalnya doktrin Teologi kemakmuran, doktrin ini biasanya sangat diminati kaum muda sehingga banyak orang muda hidup dalam hedonisme, ingin hidup bebas tanpa aturan dan tidak tahan menderita. Padahal justru Kristus sendiri memanggil pengikut-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib yang identik dengan penderitaan (Mat 16:24), jaminan-Nya bukan harta dunia melainkan damai sejahtera (Yoh 14:27; 3:16) dan mahkota kehidupan adalah hadiah bagi siapa yang setia sampai mati (Why 2:10). Karena itu, melalui bacaan Alkitab ini, kita diingatkan sebagai pemuda gereja untuk tetap setia berjalan di jalan Tuhan menghadapi tantangan sesat zaman ini. Tuhan sudah memanggil dan memilih kita untuk beriman kepada Yesus Kristus maka bersyukurlah dan pertahankan iman sambil terus menjalani proses hidup untuk semakin serupa dengan Kristus setiap hari. Tekunlah membaca Alkitab dan merenungkannya agar pengenalan kita akan Kristus semakin sempurna dari hari ke hari. Karena hidup bersama Kristus dapat mengubahkan fokus kita terhadap semua hal lahiria berupa kelebihan, kehebatan, prestasi dan prestise kita. Jika kita telah sungguh beriman kepada Yesus, tidak ada lagi hal lahiria yang kita banggakan dan pertahankan, melainkan semua pencapaian di masa muda ini hanya kita persembahkan bagi kemuliaan Kristus saja, karena kita sungguh menyadari bahwa tanpa Kristus, segala yang terhormat dan terindah di dunia hanyalah sampah belaka. Kristuslah tujuan hidup kita. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm 11:36). Amin. (PDW)