Penulis : Pdt. Meifira Tanor, M.Th
DALAM Akitab ada banyak ungkapan tentang tangan Allah. Kalau Allah marah, Alkitab berkata: tangan Allah diacugkan, tangan Allah menekan, tangan Allah menimpa. Kalau Allah menolong, Alkitab berkata : tangan Allah meliputi, tangan Allah menyertai, tangan Allah melindungi. Kalau memang benar tangan Allah yang mengatur dunia ini, mengapa kita menjumpai kehidupan dunia yang semakin semrawut dan kacau? Padahal Yesaya 59:1 berkata: “sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan”. Kalau demikian apa yang salah bagi keadaan dunia sekarang ini? Ternyata bukan tangan Allah yang kurang menjangkau, tapi tangan manusialah yang justru mengacau. Oleh tangan manusia, belas kasihihan diganti dengan perang. Oleh tangan manusia, damai diganti dengan kekerasan. Makanya, Allah harus turun tangan. Ia harus terjun langsung untuk membenahi segala yang kusut. Ia harus turun langsung untuk mengajarkan manusia apa arti kedamaian. Ia berjumpa dengan manusia. Bahkan Ia mengulurkan tangannya kepada manusia melalui satu peristiwa : “Natal”.
Jadi natal adalah suatu peristiwa ketika Allah berjumpa dengan manusia melalui anakNya Yesus Kristus. Motifnya hanya satu: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Cinta kasih Allah, bagi Yesaya terwujud ketika adanya harapan baru bagi bangsa yang berjalan didalam kegelapan. Artinya, dalam konteks pembacaan kita, bangsa Israel berada dalam suatu masa kritis. Kehidupan seluruh lapisan masyarakat dari level tertinggi sampai terendah sama sekali tidak takut akan Tuhan.Yesaya menggambarkan kehidupan bangsa seperti anggur yang asam (5:2,4). Bahkan Yesaya sendiri mengaku bahwa dia hidup ditengah-tengah bangsa yang nazis bibir (6:5). Dosa membuat hidup umat menjadi kacau, bahkan menimbulkan keputasasaan. Damai yang diharapkan menjadi hal mustahil. Tidak ada yang dapat dipercaya. Kehidupan waktu itu seperti di tengah malam yang gelap gulita, atau kegelapan yang mengerikan (9:1a). Ditengah-tengah situasi demikianlah cinta kasih Allah dinyatakan. Yesaya berkata “mereka yang diam dinegeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Siapakah terang itu? Yesaya menyebutnya Raja Damai. Dialah Imanuel (7:14) yang digenapi dalam kelahiran Yesus Kristus, sebagai Allah yang menyertai kehidupan manusia (Mat. 1:23). Raja Damai adalah terang. Ia memberi sukacita. Sebagaimana sukacita diwaktu panen, sukacita yang tak terkira dan tak terhingga. Allah, Ia datang sebagai pembebas, penolong bahkan seorang pahlawan. Dalam waktu yang genting Ia akan menjadi pembebas dan penyelamat bangsa Israel. Yesaya berkata : Tuhan merupakan “Sang Penasihat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai” yang dapat dipercaya dan diandalkan ketimbang raja-raja, kerajaan-kerajaan maupun orang-orang bijaksana.
Sobat obor, nubuat nabi Yesaya adalah berita sukacita yang terdengar sampai saat ini, ketika umat dipersiapkan menanti-nantikan kedatangan Kristus. Hari ini kita memaknai minggu adven yang kedua. Dua batang lilin telah dinyalakan. Pada minggu berikutnya lilin lain akan juga dinyalakan, sesuai urutan minggu adven. Artinya, semakin bertambah minggu adven, semakin bertambah pula lilin yang akan dinyalakan. Kitapun semakin diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Oleh karena itu, semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Kristus.
Fokus mendasar yang perlu kita renungkan pada masa adven ini adalah penatian Yesus sang penebus. Kita diajak untuk memaknai kedatangan Raja Damai. Karena itu penantian batin lebih penting dibandingkan persiapanpersiapan lainnya. Boleh-boleh saja kita mempersiapkan hal-hal jasmani, namun yang terpenting jangan lupa terlebih dahulu mempersiapkan hati.
Sebagaimana natal disebut peristiwa pendamaian. Natal adalah peristiwa Allah. Natal adalah kisah ketika manusia berjumpa dengan Allah. Tapi yang lebih tepat lagi natal adalah peristiwa ketika Allah berjumpa dengan manusia, menjumpai manusia dan berdamai dengan manusia melaui kedatangan Raja Damai. Natal membuat kita tersungkur dihadapan Allah serambi berkata : “betapa manusia yang kecil dan hina ini, Kau buat berharga dan mulia di mataMu”. Amin