Penulis : Pdt. Belly F. Pangemanan M.Th.
SHALOM sobat obor. Pada dasarnya, manusia butuh dan senang disayang, dihargai, dan mendapat perhatian. Apalagi, seorang anak. Hanya saja, ketika hadir atau lahir saudara kandungyang baru, seringkali dinamika hubungan antara orang tua dan anak berubah. Perhatian yang diberikan orang tua tiba-tiba berubah. Yang tadinya dicurahkan hanya untuk kakak, sekarang harus dibagi keorang lain yang mempunyai posisi sama dengannya, yaitu saudara sekandungnya. Terjadilah ‘perebutan’ perhatian dari orang tua. Bagaimana pun, kakak tetap ingin mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua seperti dulu. Dalam ikatan persaudaraan, kakak dan adik jangan sampai bermusuhan. Hal ini bisa memicu putusnya tali persaudaraan. Sama dengan kewajiban anak berbakti kepada orangtua, kakak dan adik pun harus saling menghormati dan menyayangi. Sehingga, terbentuklah keluarga harmonis yang hangat, akrab, saling memahami dan mendukung satu sama lain. Harapan untuk menjadi keluarga yang hangat, akrab dan saling memahami serta mendukung, nampaknya jauh dari keluarga Yusuf dan saudara-saudaranya. Keluarga yang seharusnya menjaga dan melindungi rr.glah terjadi kekerasan dan permusuhan.
Sobat obor. Yusuf menjadi korban ketidakadilan luar biasa yang dila kukan oleh saudara-saudara kandungnya sendiri karena merasa tidak diperlakukan sama baiknya oleh orang tua. Rasa iri pun membawa saudaranya untuk merencanakan sesuatu yang jahat yaitu menyingkirkan Yusuf. Perjalanan kehidupan berikutnya dilalui oleh Yusuf dengan berbagai cobaan yang tak ringan. la sempat menjadi budak yang diperjualbelikan hingga dipenjara atas sebuah tuduhan satu tindakan tak bermoral yang tak pernah ia lakukan. Akhirnya Yusuf menjadi orang penting di Mesir. la memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di negerinya. la menentukan banyak kebijakan publik bagi bangsanya. Situasi kemudian berubah, dia yang tadinya tak dianggap, dibuang sekarang oleh penentuan Tuhan menjadi yang paling dibutuhkan. Saudara-saudara Yusuf yang dulu telah membuangnya beberapa kali datang ke Mesir untuk satu keperluan kebutuhan hidup. Mereka diterima langsung oleh Yusuf namun tak mengenalinya. Pada akhirnya mereka mengenali bahwa pejabat negara yang selama ini mereka datangi dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah orang yang dahulu pernah mereka singkirkan.
Sebagai seorang pejabat yang memiliki kekuasaan dan sangat berpengaruh pada saat itu semestinya Yusuf memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dan memberikan hukuman yang berat bagi saudara-saudaranya. Saat itu bisa saja Yusuf membalas dendam atas apa yang dilakukan oleh mereka kepadanya. Namun itu semuanya tak dilakukan olehnya. Pada saat seperti itu jiwa besar Yusuf justru menuntunnya untuk berbesar dan berlapang hati mengucapkan satu kalimat: “Memang kamu telah merencanakan sesuatu yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, bagi kita semua seperti yang bisa kita lihat hari ini” (bnd. Kejadian 50:20).
Sobat obor, hidup manusia tidak selalu berjalan mulus. Kita semua pasti pernah merasakannya, atau mungkin saat ini kita sedang mengalaminya. Kita mungkin mengalami titik terendah dalam hidup dan jatuh bangun untuk tetap eksis. Masa-masa sulit itu lantas membuat kita kecewa dan berputus asa. Bahkan kita menganggap kehidupan berjalan tidak adil. Tapi sebelum pemikiran itu berlanjut, cobalah melihat fase jatuh bangun yang kita alami dengan sudut pandang positif. Seperti Yusuf yang menjadikan pengalaman pahit hidupnya sebagai cara Allah untuk bekerja mendatangkan kebaikan dalam hidupnya. Terkadang ada momen pahit yang kita alami sekarang, akan menjadi hal yang kita syukuri suatu saatnya nanti. Amin. (bfp)