Penulis : Pdt. Meifira Tanor, M.Th.
Epicetus pernah berkata, “Dapatkah anggur tumbuh menjadi zaitun, atau zaitun menjadi pohon anggur? Seneca juga menegaskan, bahwa sama seperti buah ara tidak dapat tumbuh pada pohon zaitun, demikian juga kebaikan tidak akan pernah muncul dari kejahatan”. Yesus berkata : “Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” Di zaman Yesus, memang terdapat semak duri yang buah-bauhnya mirip anggur kecil. Disitu juga terdapat rumput duri yang bunganya dari jauh nampak seperti buah ara. Namun, semak duri dan rumput duri itu, hanya menghasilkan sesuatu yang mirip dengan buah anggur dan buah arra. Mungkin dari kejauhan nampak asli, namun palsu dari dekat. Seperti halnya nabi palsu, yang disebut Yesus serigala berkedok domba.
Pada zaman dahulu, memang banyak terdapat nabi palsu. Kitab Matius ditulis kira-kira pada tahun 85 Masehi. Pada waktu itu jabatan nabi masih merupakan jabatan resmi dalam gereja. Di masa itu terdapat banyak orang yang dengan sengaja meninggalkan segala sesuatu miliknya, lalu berkeliling kesana kemari , dari gereja ke gereja lainnya, menyampaikan berita yang katanya berasa dari Allah secara langsung. Nabi-nabi itu memang bisa menjadi sumber inspirasi gerejagereja tersebut, karena mereka dengan sengaja meninggalkan segala sesuatu untuk melayani Tuhan dan gerejanNya. Namun jabatan kenabian itu, ternyata dapat bahkan sering disalah gunakan. Banyak orang yang memakai kedudukan tersebut hanya untuk kepentingan pribadi. Mereka memanfaatkan kemurahan hati dan diakonia gerja, sehingga mereka dapat hidup hikmat dan sentosa sejahtera.
Nabi palsu disebutkan sebagai orang yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Mereka memberikan pengajaran, tetapi mereka melakukan itu, agar memperoleh sesuatu dari orang tersebut. Seperti serigala, yang hanya akan memuaskan nafsu dan ketamakannya sendiri. Mereka mengajar hanya untuk menyampaikan ide-ide dan pendapatnya sendiri. Yesus mengajarkan bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Setiap orang yang bertanggung jawab untuk memberitakan injil, akan menghasilkan buah berkat bagi sesama. Orang yang hatinya tidak sungguh-sungguh dalam pelayanan, sama seperti serigala berkedok domba. Hanya mau untungnya saja dan tidak mau rugi. Seorang Pengkhotbah bernama John Brown, diceritakan bahwa ia sering diam sejenak, dalam menyampaikan khotbahnya. Seolah-olah hendak mendengarkan bisikan suara ilahi. Setelah itu ia meneruskan khotbahnya. Ketika ditanya alasannya, ia berkata : “seorang pengkhotbah sejati akan selalu mendegarkan suara Tuhan sebelum berbicara kepada orang lain. Mereka tidak pernah lupa, bahwa mereka tidak lebih dari suara yang berbicara bagi Tuhan, dan saluran yang menjadi sarana berkat Tuhan sampai kepada manusia. Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran Tuhan di dalam Yesus Kristus dan bukan kebenaran atau ide-ide kita sendiri.
Sobat obor, eksistensi sebagai seorang pengkhotbah bahkan seorang pemimpin kini dipertaruhkan. Sanggupkah kita dimasa kini, menjalani tanggung jawab yang besar tanpa kepentingan pribadi? Mampuhkan kita dengan seksama mendengar suara dan kehendak Tuhan yang dinyatakan lewat tindakan kita? Rasanya, kita sering terjebak dengan kepentingan pribadi yang tiada habisnya. Orang lain bisa saja menjadikan kita panutan dan contoh. Namun, perkataan Yesus, tentang serigala berkedok domba, menyadarkan kita tentang pentingnya menjawab panggilan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Para nabi palsu diatakan selalu berminat untuk menonjolkan diri, sedangkan para nabi sejati menginginkan yang sebaliknya. Mereka justru ingin agar dirinya tidak nampak. Para nabi palsu pergi mengajar untuk menyampaikan kebenaran mereka sendiri. para nabi sejati pergi mengajar untuk menyampaikan kebenaran Tuhan.
Renungan ini, sesungguhnya mengajak kita untuk mengoreksi diri lebih dalam, tentang makna pelayanan yang selama ini kita lakukan. Pantaskah kita disebut sebagai nabi sejati, pelayan sejati, pengkhotbah sejati, orang Kristen sejati? Atau sebaliknya, justru kita adalah serigala berkedok domba? Marilah sebagai pemuda gereja kita jeli melihat dan cakap untuk memilih para pemimpin yang diutus Tuhan sebagai nabi sejati, entahkan itu pemimpin dalam gereja, masyarakat, dsb. Amin (MT)