Penulis : Pdt. Prisca Dewi Walukouw, S.Teol
SOBAT obor, perenungan kita ini, adalah salah satu tulisan rasul Yohanes, murid yang dikasihi Yesus yang disebut dalam pasal 13:23, dia adalah murid yang paling muda karena itu dia juga adalah murid yang meninggal
paling belakangan di banding murid-murid yang lain. Dia menulis Injil Yohanes di sekitar akhir abad pertama, dan di saat itu, komunitas Gereja sedang diperhadapkan dengan masalah besar yakni selain masalah pemerintah yang mempersekusi orang kristen, masalah utama yang melatarbelakangi penulisan Injil ini adalah untuk melawan dua ajaran sesat sekaligus, yaitu ajaran sesat Gnostisisme yaitu paham yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, dan juga paham Doketisme yaitu paham yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah manusia, hanya tampak saja manusia tapi sebenarnya dia bukan manusia, melainkan hanya roh yang berwujud manusia seperti hantu. Kalau kita mencermati teks awal dari Injil Yohanes yaitu pasal satu, kita akan menemukan bagaimana narasi Yohanes menegaskan bahwa Yesus adalah Allah, pasal 1 ayat 1 yang menyatakan Keallahan Yesus karena ayat satu itu terikat dengan ayat 14, yaitu firman itu telah menjadi daging. Terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia menggunakan kata manusia, tapi dalam bahasa aslinya menggunakan kata daging, kesan menegaskan bahwa Yesus bukan tampak saja manusia tapi benar-benar manusia berdaging melawan Doketisme. Jadi pasal pertama kitab ini langsung bisa dilihat bagaimana Injil ini melawan Gnostisisme dan juga Doketisme.
Sobat obor, selain ayat ini memberi keterangan tentang kebangkitan Yesus, ada hal yang sangat penting yang akan mengajarkan kita, tentang bagaimana seharusnya tindakan orang percaya di masa kini, yang sungguh meyakini bahwa Yesus telah bangkit, mari kita cermati bersama. Konteks di dalam bacaan kita di mulai dari ayat satu, yaitu di hari pertama, hari setelah hari sabat, mereka hendak pergi ke kubur untuk meminyaki mayat Yesus seperti tradisi biasanya di Israel. Singkat cerita, di ayat 1-10, memberi sebuah kesan menegangkan, karena kabar yang tidak membawa sukacita di dalam bagian itu, yaitu di ayat 2b bahwa “mayat Tuhan telah dicuri orang”. Kabar yang membuat panik ini membuat semua murid berlari melihat fakta itu, dan dikatakan di ayat 10 berakhir dengan pernyataan bahwa murid-murid itu kembali, mungkin mereka kembali dengan kegalauan, dengan rasa bingung, putus asa, bertanya-tanya, kenapa hal seperti ini bisa terjadi kepada Guru mereka? Sudah dibunuh, diculik lagi mayatnya. Tapi dalam bacaan kita, merupakan satu keadaan terbalik dari kesan di bagian pertama pasal 20 ini. Di dalam bacaan kita ada kalimat : “Aku telah melihat Tuhan”. Ya! kalimat itu disampaikan oleh Maria, satu-satunya orang yang tetap tinggal, orang yang awalnya membawa kabar buruk, yaitu mayat Tuhan telah dicuri, kini dia dipakai Tuhan sebagai orang pertama untuk menyatakan kemuliaan kebangkitan Tuhan. Maria, saksi pertama kubur kosong, orang pertama yang memberi kesimpulan terlalu cepat atas sebuah fenomena, dia sendiri tidak menerima fakta itu, dan dia tetap menangis di situ dengan harapan, bahwa sesuatu pasti ada yang salah. Tidak dikatakan dia berdoa, tidak dikatakan dia percaya, dikatakan dia menangis, dia bersedih, dia melihat sebuah fakta di depan matanya yang sangat menyakitkan bagi dirinya.
Sobat obor, seringkali dalam hidup kita, ada saat di mana kenyataan hidup ini menjadi begitu pahit sehingga kita hanya bisa menangis, kita menjadi tidak tahu mau berbuat apa, kita menjadi putus asa dan bahkan mulai menuduh orang lain sebagai orang yang mengakibatkan hidup kita begitu hampa. Dalam kisah ini memberikan kepada kita sebuah kekuatan, bahwa keadaan hidup yang pahit itu, bukan lah hal yang sulit untuk Tuhan ubah menjadi keadaan yang penuh sukacita, keadaan itu akan sirna saat Tuhan memanggil nama kita sekali saja. Seringkali ketika seseorang sudah diberkati Tuhan, sudah ditolong Tuhan dalam melewati kesulitan, orang itu hanya menikmati kehidupannya yang nyaman dan senang sendiri tanpa segera pergi menjadi saksi kepada orang lain. Bagian ini mengajarkan kita, bahwa kita jangan sia-siakan waktu, kita harus bergegas menyatakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kebaikan Tuhan yang mana? Selain kebaikan Tuhan yang terus menyertai dan menolong hidup kita, Ada satu kesaksian yang lebih penting, yaitu Kristus sudah bangkit, Tuhan itu hidup, Injil bagi seluruh manusia. Hidup kita yang masih muda, jangan hanya menikmati zona nyaman kita sendiri, kita harus segera pergi memberitakan Injil, beritakan Kristus, dimulai dari dalam keluarga kita, dan terus ke semua tempat di mana kita berada.
1 Yohanes 1:1-4 (TB), “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna”. Dari ayat diatas kita menyadari, bahwa Alkitab adalah kesaksian Roh Kudus lewat para rasul yang membuat kita melihat Tuhan melaluinya. Tugas kita hari ini, mari lihat Tuhan, lihat dari cerita Alkitab kemudian beritakan apa yang kita saksikan kepada orang lain juga, mari hidup untuk menyatakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Memberkati.
Shalom! Amin (PDW)