Penulis : Pdt. Meifira Tanor, M.Th
TIAP lukisan yang indah di dalamnya ada bagian yang terang dan ada pula bagian yang gelap. Suatu kehidupan yang bahagia tidak berarti bahwa kehidupan itu penuh dengan sinar matahari. Terang dan gelap,
kedua-duanya terdapat dalam kehidupan, supaya kehidupan itu menjadi indah kelihatannya. Ahli-ahli musik yang besar umumnya adalah mereka yang dapat menciptakan lagu dari empedu penderitaan. Fanny Crosby, walaupun buta matanya, tetapi hatinya menyala-nyala oleh karena imannya di dalam Kristus, sehingga ia dapat melihat lebih banyak daripada kita yang mempunyai mata yang tidak buta. Ia telah berhasil menciptakan lagu rohani yang menggembirakan hati dan hidup kita. Paulus dan Silas menyanyikan lagu pujiannya pada waktu tengah malam di dalam sebuah penjara di Filipi, dengan diriingi oleh cemeti penjaga penjara. Thornton Wilder berkata: “Tanpa luka-lukamu, bagaimana engkau dapat menyatakan kekuatan kesaksian yang akan menggerakan hati orang?”.
Dalam perikop yang kita baca, begitu nampak juga penderitaan yang dialami Pemazmur. Penderitaan itu ia bawah dalam doa minta penyembuhan. Sebab ternyata penderitaanya telah dilipatgandahkan, karena ia dikhianati oleh temantemannya. Pemazmur dalam keadaan sakit parah, tapi sahabat-sahabatnya justru berkata: “kamu sakit, karena kamu berbuat pelanggaran”. Mereka berkata: “kapankah ia mati dan namanya hilang lenyap?” Bagi mereka, kesalahan yang dibuat Pemazmur begitu parah, sehingga ia layak ditimpa celaka dan mati.
Musuh-musuh Pemazmur digambarkan seperti orang-orang yang ada dalam pergaulan sehari-hari. Mereka datang menjenguk orang yang menderita sakit, seakan-akan mereka turut bersedih. Mereka mengutarakan kalimat-kalimat yang lazim diucapkan pada kunjungan kepada orang sakit. Tetapi perkataan mereka kosong, munafik dan dusta belaka. Keinginan hati mereka justru lain sekali. Mereka mengintai orang sakit, mencari tanda bahwa ia pernah berbuat hal jahat, mengumpulkan gejala bahwa ia sedang menujul ajal yang buruk, lalu mereka pergi menyebarkan dugaan-dugaan yang belum terbukti.
Sikap musuh-musuh Pemazmur begitu membekas dihatinya. Mereka bagaikan orang yang datang mengunjungi, kemudian bercakap dengan angin, hatinya mengarang yang bukan-bukan, lalu di jalan mengobrolkannya. Dan lebih para lagi, sikap teman karib yang mengkhianatinya. Pemazmur mempercayakan diri kepadanya tanpa rasa takut. Mereka biasa makan roti bersama dalam persekutuan yang suci. Namun sahabat karibnya justru menginjakknya dengan tumitnya. Atas banyak hal inilah, Pemazmur bermohon kepada Tuhan: “Tetapi Engkau ya Tuhan, kasihanilah aku dan tegakkanlah aku, maka aku hendak mengadakan pembalasan terhadap mereka”.
Sobat obor, kita dapat mengerti bahwa seseorang yang dikhianati dan dipermainkan lawannya, ingin membalas kepada mereka apa yang ditimpahkan kepadanya. Namun Pemazmur tidak meminta kepada Tuhan, agar ia dibolehkan membalas yang jahat dengan yang jahat pula. Namun ia memohon agar Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya atas tindakan jahat yang manapun juga. Ia bermohon agar janganlah para lawannya mematikannya dengan akal, perkataan dan tindakan yang jahat. Pemazmur memang mengetahui bahwa orang yang menyalahgunakan kekuasaannya tidak akan berhenti, kecuali rancangan-rancangannya gagal. Dan hanya Tuhan yang dapat menggagalkan segala rancangan yang jahat. Baginya, dalam keadaan apapun, Tuhan menolong dan menyertainya. Penderitaannya mendatangkan kebahagiaan karena Allah memperhatikan setiap orang lemah.
Sobat obor, pengorbanan yang diderita oleh orang percaya telah menjadi sumbangan yang tidak terhingga nilainya bagi kebudayaan kita, bagi tata susila kita dan bagi iman kita. Dalam hati sanubari kita masih keyakinan bahwa ada beberapa perkara yang patut kita perjuangakan dengan jiwa dan raga kita. Sekalipun musuh disekitar menyerang, sekalipun sahabat karib menghianati, kita insaf menyadari bahwa kehidupan tanpa iman dan keyakinan tiadalah harganya, bahkan lebih hina dari pada kematian.
Jika iman kita kuat, kita akan berdiri tegak seperti Pemazmur. Saat mengalami penyembuhan, ia dapat berdiri tegak. Ia dibuat tegak seumpama suatu tugu, dihadapan Tuhan untuk seterusnya. Dengan hati yang tulus, kita pun dapat belajar berjuang tanpa membenci lawan kita, tidak bertindak munafik dan tidak menghakimi. Amin (MT)
terdapa