Penulis : Pdt. Andre R. M. Izaak, M.Th
SOBAT obor, yang diberkati Tuhan dan terus mengasihi Dia saat ini kita telah memasuki pengahayatan serta pemaknaan kesengsaraan Tuhan
Yesus Kristus di minggu yang kelima tentu selama kurang lebih 28
hari kita semakin menyadari betapa Tuhan yang kita percaya itu luar biasa baik atas kehidupan kita. Melalui minggu sengsara kelima kita terus diajak bersikap sesuai dengan kehendak Tuhan sang Juruselamat sehingga menghargai betapa besar pengorbanan-Nya di kayu salib bagi kita. Dia yang tinggi dan mulia menjadi hina dan terlihat lemah karena kita yang berdosa. Untuk itu dalam penghayatan di minggu ini maka marilah kita bersama mengangkat pujian dalam KJ. No. 368: “Pada kaki salib-Mu, Yesus, ‘Ku berlindung; Air hayat Golgota pancaran yang agung”. Refrein: “SalibMu, salibMu yang kumuliakan, hingga dalam sorga k’lak, ada perhentian”. Kiranya pujian ini akan membuat kita terus menghargai karya salib Yesus. Hal ini perlu terus diingatkan agar supaya salib yang adalah lambang kemuliaan tidak menjadi lambang kehinaan pada masa lalu kembali terulang di masa kini. Kalau di masa lalu kehinaan karena salib adalah penghukuman bagi para pemberontak tapi sekarang tentu saja sangat berbeda terutama bagi yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, karena di kayu salib sang raja dunia dan surga itu menyelamatkan semua orang. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18).
Sobat obor, perjalanan salib adalah perjalanan yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah dunia. Bahwa ada seorang Raja yang disalibkan karena dorongan hasrat yang kuat dari orang-orang yang merasa paling layak, pantas dan benar di dunia. Bahkan dalam sudut pandang yang keliiru mereka mengambil keputusan yang tidak masuk akal dengan memilih melepaskan orang yang dibenci yakni Barabas dan malah menjerumuskan bahkan secara sengaja mematikan orang yang mereka sayangi karena dipuja-puji, dielukkan dan dicari untuk memohon mujizat yaitu Yesus. Pilatus sang penguasa saat itupun tak berkuasa untuk menahan desakan yang menjurus kepada tindakan anarki sekalipun ia tidak mendapati kesalahan dalam diri Yesus Kristus.
Dalam pembacaan kita ini ada beberapa kali sebenarnya Pilatus mencoba untuk membebaskan Yesus tetapi akhirnya menjadi sia-sia. Terlebih ketika dia Pilatus mencoba bernegosiasi dengan Yesus melalui ungkapan tidak tahukan kamu bahwa aku mempunyai kuasa untuk membebaskan atau menyalibkan engkau? (ay. 10). Suatu sikap yang tentu saja tidak mendapat respon dari Yesus Kristus karena hanya sekedar untuk menunjukkan kehebatan kuasa seorang manusia. Bukankah Yesus jauh lebih besar dan berkuasa dari Pilatus? Oleh karenanya maka di ayat 11 Yesus menjawab engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap aku.
Situasi yang terjadi setelah penangkapan ini tentu kita melihat bagimana Sang Raja itu mendapat perlakuan tidak pantas dengan dikenakan mahkota duri dan sambil memberi salam mereka menampar muka Yesus. Suatu peristiwa yang sangat menyedihkan karena mereka yang melakukan ini adalah orangorang yang kedudukan tidaklah lebih tinggi dan terhormat dari Yesus. Bahkan orang-orang yang ada disana yang kemudian menyerukan agar Yesus di salibkan adalah juga orang-orang yang mengeluk-elukkan Dia saat memasuki Yerusalem. Sampai dibagian terakhir dari bacaan kita saat ini Pilatus sempat mengungkapkan haruskah aku menyalibkan Raja-mu? Jawaban yang terdengar dari para imamimam kepala: kami tidak mempunyai raja selain Kaisar.
Sobat obor, Raja yang tersalib itu kini mengingatkan kita orang muda untuk terus hidup benar dalam karya salib yang telah memenangkan kita dari segala dosa. Walaupun mungkin dengan salib yang kita miliki dalam hidup masih ada banyak tantangan dan pergumulan yang kita hadapi. Setiap pergumulan dan tantangan sering membuat kita menangis, sakit dan terluka tapi ingatlah Yesus telah menanggungnya melebihi rasa sakit yang kau rasakan sekarang. Teruslah kokoh jangan goyah dan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang dapat membawa kita jauh dari keselamatan. Jangan menjadi seperti Pilatus memiliki kuasa tapi tak berdaya, seperti prajurit-prajurit penuh dengan penghinaan dan kepalsuan dalam menghormati Yesus dan seperti Imam-imam yang merasa diri paling benar dan tidak ingin tersaingi sehingga mengorbankan orang lain. Tetaplah menjadi orang muda yang berkomitmen kepada kebenaran yang sejati dan berasal dari Tuhan, tidak hidup dalam kepalsuan dan tidak mengorbankan kepentingan orang lain untuk mencapai tujuan diri sendiri. Amin. (ARMI)