TUHAN memberikan talenta-talenta tertentu bagi tiap orang. Dengan talenta yang ada pada masing-masing kita, patutlah kita bertanya: “Apa yang telah kuperoleh bagi diriku sendiri, dari talenta pemberian
Tuhan?” Apakah yang dapat aku lakukan untuk orang lain dengan kecakapan pemberian Tuhan?” Yesus, memiliki kecakapan dalam semua hal. Namun dengan segala kuasa yang ada pada-Nya, ia tidak memakai kuasa-Nya bagi kepentingan dan keperluan diri-Nya sendiri. Yesus harus memilih, cara apakah yang harus dipakai-Nya untuk menunaikan tugas yang diberikan kepada-Nya.
Suatu cara yang meyakinkan untuk membujuk orang agar mau mengikut Yesus adalah dengan memberikan “roti”. Tetapi memberikan roti kepada manusia, akan berarti melakukan kesalahan ganda. Itu sama saja dengan menyogok agar orang mengikuti Yesus. Memberi roti berarti membujuk orang agar mau mengikuti Dia demi sesuatu yang mereka peroleh sebagai hadiah. Padahal hadiah yang harus Yesus berikan adalah salib. Yesus memanggil orang bukan agar memperoleh sesuatu, melainkan agar memberikan sesuatu. Hidup orang yang dipanggil Yesus bukanlah hidup yang bersifat menerima, melainkan hidup yang bersifat memberi. Kalau Yesus menyogok orang agar mau mengikuti Dia, maka tindakan-Nya itu berarti penolakan dan penyangkalan terhadap perkataan-Nya sendiri. Dan hal itu berarti kekalahan total bagi Yesus.
Sobat obor, manusia bukan hidup dari roti saja. Tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulutnya. Satu-satunya jalan yang membawa kepada kebenaran sejati adalah jalan yang melatih manusia untuk sepenuhnya bertanggung jawab kepada Allah saja. Karena itu, apapun kecakapan yang telah Ia berikan bagi kita, pakai itu sebagai pertanggungjawaban kepada Tuhan. Jangan sampai kecakapan kita yang justru membuat kita jatuh. Ingat, roti memang penting, tapi bukan satu-satunya yang terpenting. Sebab yang paling penting adalah firman yang keluar dari mulut Allah. Amin (MT)