SOBAT obor, Tuhan menghendaki kita menabur di dalam Roh, maksudnya mengikuti hidup menurut kehendak Tuhan yang kita juga kenal dalam Roh Kudus. Jadi, pengertian menabur dalam roh artinya hidup sesuai kehendak Tuhan sepenuhnya secara mutlak, m,;ka tentu saja sikap kehidupan seoerti ini harus menghasilkan buah Roh seperti yang disebutkan Paulus kepada jemaat Galatia di Pasal 5: “tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Tetapi sebaliknya, kalau seseorang menabur dalam daging, tentu ia menghasilkan buah- buah daging dalam hidupnya yang tidak memperoleh bagian dalam Kerajaan Allah. “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya”. Ayat- ayat ini sering dimanipulasi secara keliru dengan menunjuk pada persembahan uang. Sehingga sering kali taburtuai seringkali dijadikan tameng memungut persembahan sebanyak-banyaknya dengan janji muluk Tuhan akan melipatgandakannya. Pemahaman ini keliru!
Tuhan menginginkan anak-anak-Nya untuk selalu hidup dalam kebenaran agar hidup yang kekal menjadi bagian mereka nanti. Kebenaran menunjukkan sikap hidup orang yang diselamatkan. Harus diakui, seringkali kehidupan dalam Roh hanya berlaku dalam seremonial ibadah. Di gereja kita terlihat kudus, tapi setelah keluar, perilaku kita berubah total. Kekristenan seringkali hanya terlihat di kulit tapi dalam hati kotor dan penuh nafsu duniawi. Menabur dalam roh berarti berjuang agar setiap tindak tanduk hidup kita, sekecil apapun ada dalam kontrol Roh Kudus. Kita harus berjuang agar Roh Kudus merasuk kita sampai hal kecil sekalipun. Contohnya, kita sering dengan khusuk berdoa ketika hendak menikmati makanan banyak dalam acara besar. Tapi untuk sebuah permen, sering dianggap hal kecil yang tak perlu didoakan. Sekecil apapun hidup manusia yang berada dalam Roh Tuhan, berarti melibatkan Tuhan dan selalu mempertanyakan: “Apakah ini sudah benar di hadapan Tuhan atau berdosa?” Amin. (DLW)