Ungkapan dalam bahasa Inggris “Practise males perfect” atau juga kalimat “Persiapan hari ini menentukan pencapaian hari esok”. Seakan dimaknai betul dalam tradisi Yahudi manakala seseorang memuliakan penugasan. Seperti halnya Harun ketika diangkat menjadi Imam, diurapi sebagai persiapan begitu juga dengan para Raja Israel dan Nabi-nabi Israel.
Ketika Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang harus dia hadapi, Maria dengan penuh keyakinan melakukan pelayanan pengurapan bagi Yesus, juga dalam konteks persiapan bagi Yesus. Ada suatu kebiasaan bagi para gembala bagi kawanan dombanya ketika mereka merawat kawanan domba. Seringkali kutu, tungau, atau serangga lain masuk ke dalam bulu domba yang bisa membuat iritasi, berbau, bahkan bila masuk ke liang telinga maka akan membuat domba terbunuh. Dengan menuangkan minyak ke atas kepala domba, maka selain dapat membuat bulu domba menjadi lebih halus juga dapat menangkal serangga mendekati telinga domba. Dari kebiasaan inilah urapan menjadi simbol berkat, penyertaan, dan pengerahan. Perlakuan seperti ini (pengurapan) dilakukan oleh gembala karena perasaan sayang pada dombanya. Gembala tidak menyakiti dombanya, rela berkorban bagi dombanya, sehingga dombanya kenal serta patuh terhadap gembalanya dan menghasilkan yang baik pula.
Perlakuan Maria bagi Yesus juga wujud rasa sayang yang mendalam bagi seseorang yang telah menyelamatkan kehidupannya. Dalam setiap jerih payahnya menabung untuk minyak yang mahal, dan mungkin minyak Narwastu tersebut miliknya yang paling berharga, dia memberikannya tanpa keraguan. Semua karena rasa sayangnya untuk mengurapi Yesus.
Christina Wagner, seorang ibu dari anak perempuan berusia 8 tahun membagikan video ketika anaknya berjualan air lemon dan gelang persahabatan demi mendapat uang untuk tiket konser Taylor Swift. Singkat cerita, mereka menangis terharu di konser tersebut mengingat perjuangan dan pengorbanan yang telah mereka lalui untuk berada di momen tersebut.
Emosi yang sama dirasakan oleh Yesus melihat pengorbanan Maria untuk dirinya, karena didorong oleh rasa sayang kendatipun harus berkorban tenaga harus kehilangan hal yang bernilai. Makanya ketika para murid mencela Maria, Yesus membelanya karena Maria menunjukkan bahwa dia peduli dengan Yesus yang akan memulai “jalan derita”. Karenanya, pengurapan minyak Maria ini terkandung makna bahwa dalam jalan derita Yesus selalu tersedia berkat, perlindungan dan pengesahan bagi pekerjaan kerajaan Allah.
Seringkali rasa sayang yang kita ungkapkan terasa terlambat, karena orang yang dikasihi terlanjur meninggal atau pergi sementara kita belum sempat membalas budi. Seringkali juga kita berujar cinta gereja, cinta GMIM bahkan marah bila gereja dipersekusi dalam kebaktian. Namun kita sendiri tidak mau berkorban atau berupaya dalam melayani (mengurapi) dengan minyak yang mahal (milik berharga). Seringkali persiapan kita di minggu sengsara-Nya Yesus Kristus hanya sebatas anjuran dan tanpa pemaknaan yang sungguh. Hal-hal semu (postingan media sosial, gaya hidup hedonis) lebih diutamakan dibanding hal yang baka. Oleh karenanya, lewat pembacaan ini kita ditegur dan diberi contoh sebagai nasihat. Sebagai pelayan khusus berlakulah seperti gembala tradisional yang “mengurapi” jemaat Tuhan dengan minyak sehingga “menghasilkan bulu” yang baik bagi sang empunya kawanan domba. Juga supaya jemaat tidak digerogoti serangga (hama) yang merusak jemaat.
Selayaknya Maria yang merasa telah diselamatkan oleh Yesus, dia begitu mengasihi Yesus maka kita pun juga persiapkan diri kita, keluarga kita, jemaat yang dilayani untuk melihat kembali betapa besar kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus bagi manusia, sehingga manusia beroleh keselamatan. Waktu dan kesempatan yang ada ketika Yesus di rumah Simon si kusta adalah momen-momen terakhir Yesus mengajar dan bernubuat. Maria bukan seorang yang oportunistis, dia tidak menunda kebaikan hatinya untuk dinyatakan. Kita juga harus segera melakukan dorongan dan semangat kebaikan dalam hati kita, karena kita tak pernah tahu waktunya sudah dekat atau belum. Amin