Roma 10:16
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?”
Menghadapi Penolakan
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Penolakan merupakan resiko yang sangat mungkin dialami ketika gereja menjalankan fungsi misionernya. Pemberitaan Injil tidak selamanya disambut dengan hangat dan wajah gembira. Fakta membuktikan bahwa sering terjadi penolakan masif (secara terus menerus) terhadap Injil Yesus Kristus. Kabar Baik itu sering ditanggapi sinis, curiga, bahkan dengan kebencian. Kekristenan mengalami gelombang penganiayaan sejak awal kemunculannya. Pola penolakan itu muncul dalam bentuk anarkis dan ironinya kadang atas nama agama. Firman hari ini melukiskan cerita kesedihan karena pemberitaan mereka tidak dipercaya oleh yang mendengar. Para Nabi dan Rasul-Rasul bergumul dengan realitas ini. Rasul Paulus tidak hanya ditolak, ia mengalami ancaman, intimidasi dan dipenjara, tanpa alasan yang tidak terkait dengan tindakan kriminal. Sikap tidak toleran yang ditunjukkan masyarakat dan pemerintah padanya sering menghambat tugas misi yang dikerjakan. Tapi bagi Paulus, penolakan terhadap Injil dan terhadap dirinya, bukan jadi dalih untuk menghentikan panggilan kehambaannya. la tahu bahwa tujuan panggilannya bukan untuk mencari penghormatan dan pujian manusia tapi menggenapi kehendak Tuhan Yesus Kristus yang mengutusnya. Tetap fokus pada tujuan, tanpa kehilangan predikat sebagai rasul adalah kunci bertahan menghadapi penolakan. Sebab “Injil semakin dihambat semakin merambat”. Sikap penolakan terhadap Injil tidak boleh memperlemah komitmen dan kesetiaan pada Yesus Kristus. Semakin taat dan mendekat pada Yesus Kristus akan memberikan prespektif baru, bahwa DIA sering memproses dan membentuk umat-Nya dengan cara unik, supaya setiap orang percaya memperoleh ketekunan melayani-Nya. Karena itu tidak perlu takut kepada mereka yang menolak, membenci dan memusuhi orang yang memberitakan firman.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Rumah kita harus dijadikan sebagai tempat pertama untuk menyampaikan Firman kepada anak, cucu kita. Mendengar firman berarti belajar menerapkan dan taat pada kehendak Yesus Kristus. Sebaliknya, tidak mau mendengar firman berarti menolak bimbingan dan kehendak Yesus Kristus dan ini bukan perilaku hidup orang beriman. Warga GMIM kiranya semakin peka dan kritis tentang fungsinya untuk memberitakan Injil di tengah konteks hidup masyarakat majemuk yang sering mengalami penolakan. Butuh hikmat dan kesabaran supaya di tengah penolakan terhadap orang kristen dan penolakan terhadap firman Tuhan, kita tidak boleh kehilangan identitas dan jatidiri sebagai orang percaya. Tetaplah mengasihi sekalipun ditolak, tetaplah memberkati sekalipun dibenci. Amin.
Doa: Ya Tuhan Yesus Kristus, berilah kami kesabaran dalam menghadapi gencarnya penolakan terhadap Injil-Mu. Berilah kami ketekunan untuk mengasihi sesama bahkan musuh sekalipun, supaya nama-Mu semakin dimuliakan. Amin.