Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan yang dapat mendukung hidup seseorang. Untuk dapat membangun kehidupan bersama maka, baik kekurangan ataupun kelebihan haruslah disikapi dengan bijaksana. Sebab bila tidak, kekurangan yang dimiliki dapat membuat seseorang merasa minder dan tidak mampu. Sebaliknya, kelebihan dapat membuat seseorang menjadi tinggi hati. Bila demikian yang terjadi maka hidup hanya akan menghasilkan konflik.
Dalam perjalanan misi yang ketiga, Paulus singgah di Efesus selama tiga tahun, kemudian ia menulis surat kepada jemaat yang ada di Korintus sebab notabene Paulus juga merupakan seorang yang merintis jemaat tersebut. Makanya ada rasa kepedulian yang sangat dalam kepada jemaat Korintus dalam proses pertumbuhan iman mereka. Paulus menulis surat ini, karena mendapat kabar kurang baik dari keluarga Kloe, dimana ada perselisihan yang menimbulkan perpecahan dalam jemaat (1:11-12).
Tujuan dari surat ini untuk memberi jawaban terhadap berbagai pertanyaan tentang iman Kristen. Khususnya kitab 1 korintus 12:1-11 ini berisikan penjelasan Paulus tentang “Karunia-Karunia Roh”. Paulus sejatinya berupaya untuk menegur dan menasihatkan jemaat Korintus dalam kehidupan mereka sebagai umat Tuhan. Sebab, salah satu permasalahan yang terjadi dalam tubuh jemaat Korintus adalah, adanya sekelompok jemaat yang merasa memiliki karunia yang lebih. Hal itu membuat mereka menyombongkan diri dan merendahkan jemaat yang lain karena merasa hanya kelompok mereka sajalah yang suci. Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan Paulus karena sikap mereka tidak mencerminkan Kristus yang hadir bagi seluruh umat. Oleh karena itu, Paulus mengatakan bahwa Roh dinyatakan hanya untuk kepentingan bersama, untuk saling melengkapi, mendukung dan menguatkan. Sebab, Roh hadir untuk membangun kehidupan, bukan untuk memecah belah.
Dalam ayat 1-3 Paulus mau menjelaskan bahwa mulanya ia memuji karena jemaat tidak kekurangan Karunia Roh (bdk. 1:4-8). Hanya saja, ada yang ternyata menjadi sombong dan suka memamerkan karunia yang dimilikinya, lalu merasa lebih utama dari yang lain (bdk. 4:7-10). Misalnya, ada anggapan kalau karunia bernubuat dan berbahasa lidah lebih unggul dari karunia-karunia yang lain. Orang yang sombong dengan Karunia-Karunia Roh miliknya tentu diragukan kalau hidupnya dituntun oleh Roh Kudus. Paulus mengawali pembacaan ini dengan meminta perhatian jemaat, karena dia akan menjawab pertanyaan mengenai Karunia-Karunia Roh. Dia menulis “aku mau kamu mengetahui kebenarannya”. Kalimat ini, terarah langsung kepada mereka yang suka sombong dan pamer Karunia Roh. Paulus mengingatkan tentang siapa mereka dahulu sebelum mengenal Allah. Memang sebelum menjadi percaya, mayoritas jemaat Korintus berlatar belakang kafir dan merupakan penyembah berhala yang bisu. Seorang penyembah berhala sudah pasti hidupnya tidak dipimpin oleh Roh Kudus. Karena itu, orang yang sombong rohani sebenarnya hidupnya duniawi dan tidak ada bedanya dengan penyembah berhala.
Ayat 4-6, Paulus mau menceritakan tentang sebuah keberagaman dalam kehidupan umat yang percaya kepada Tuhan. Ada berbagai jenis Karunia Rohani yang dianugerahkan Tuhan dalam kehidupan manusia, lebih khusus bagi jemaat Korintus. Seharusnya karunia-karunia tersebut bukan menjadi penghalang dalam proses pertumbuhan iman jemaat yang hidup saling bergantung satu dengan yang lain. Namun, beda dengan apa yang dialami oleh jemaat Korintus, karunia rohani yang mereka miliki malah menjadi bahan perselisihan yang membuat kehidupan persekutuan umat menjadi tercerai-berai. Paulus mau menjelaskan bahwa setiap karunia yang dianugerahkan Tuhan dalam hidup adalah untuk menjadi berkat dan dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Tuhan.
Ayat 7-11, Dalam ayat-ayat ini akan memberikan satu jawaban terkait juga dengan tema perenungan ialah “Rupa-Rupa Karunia tetapi Satu Roh”. Bacaan ini menjelaskan tentang adanya berbagai Karunia Rohani yang merupakan bagian dalam satu tubuh Kristus sendiri. Ada Karunia penyataan Roh, Karunia Bernubuat, Karunia untuk membedakan bermacam-macam Roh, Karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, Karunia berkata-kata dengan pengetahuan, Karunia mengadakan mujizat, Karunia untuk menyembuhkan, Karunia berbahasa Roh, Karunia untuk menafsirkan bahasa Roh dan yang terakhir mengenai Iman. Catatan penting dari semua hal ini ialah bahwa semua karunia berasal dari Roh yang sama. Hal ini mau menekankan bahwa tidak ada karunia yang lebih tinggi antara yang satu dengan yang lain karena semuanya berasal dari Tuhan. Roh Kudus yang sama bekerja pada tiap-tiap orang dan menghasilkan sesuai dengan kehendak dari Roh itu sendiri. Maka tidak boleh ada klaim dari mereka yang bisa berbahasa Roh atau berbahasa lidah bahwa mereka lebih dekat dengan Tuhan atau dengan kata lain lebih terlihat rohani daripada orang yang memiliki karunia yang lain. Sebab, tujuan dari pemberian karunia ialah untuk kepentingan bersama dan bukan semata untuk memegahkan diri sendiri dan kepentingan-kepentingan yang lain.
Dari bacaan dalam perenungan kita saat ini, setidaknya ada 2 hal yang bisa menjadi bahan implikasi dalam kehidupan kita. Pertama, bahwa semua karunia rohani berasal dari Tuhan Allah yang sama. Janganlah kita terjebak pada sikap membanding-bandingkan dengan berbagai karunia rohani yang orang lain miliki. Karena pemberian karunia itu bersifat anugerah, maka dihadapan Tuhan Allah semua karunia sama kedudukan dan nilainya. Kemudian yang kedua, pemberian sembilan karunia rohani yang ditulis oleh Paulus dalam suratnya ini, tidak dimaksudkan untuk membatasi jumlah karunia. Karunia rohani itu beragam, sangat banyak dan tidak dapat dibatasi. Dicatat dalam Keluaran 31:3 “telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan”. Pada ayat ini Roh Kudus menganugerahkan keahlian, pengertian dan pengetahuan. Ini berarti segala bentuk keahlian (talenta), pengertian dan pengetahuan adalah buah dari karunia rohani. Jangan simpan anugerah itu, melainkan difungsikan ke dalam segala bentuk pekerjaan. Sebab, dampak dari semua hal itu, ialah kehidupan kita akan semakin diberkati. AMIN