Ketika Tuhan Allah memberi hidup bagi manusia, Ia memberi hidup yang berdampingan dengan sesama ciptaan. Alam dan manusia lainnya. Hal tersebut membuat manusia mengalami perjumpaan dengan manusia lain yang memiliki perbedaan. Dalam relasi tersebut, ada yang sayang, cinta, menyukai. Tetapi ada juga yang marah, tidak suka, iri, bahkan membenci.
Demikian hal yang disaksikan Daud, Raja kedua Israel. Ada banyak orang yang mengaguminya, mencintai dan mendukung. Tapi ada juga yang marah, benci, bahkan yang semua mengasihi lalu mengkhianatinya.
Dalam Mazmur 41:1-14, Daud mengungkapkannya. Ia menyatakan sakit hati dan pergumulannya saat ia terbaring sakit (ayat 4), lalu mengetahui ada saja orang yang membencinya, merancangkan perbuatan jahat terhadap dirinya bahkan menginginkan dia mati (ayat 6-10).
Teks ini menuturkan bagimana Daud memilih tindakannya. Ia menaikkan doa dengan penuh permohonan kepada Tuhan, agar ia boleh mendapatkan kesembuhan dan kekuatan. Tak hanya itu, Daud juga meminta agar dia bisa tegak menghadapi orang-orang yang membenci dan menyakitinya.
Harus diakui bahwa terkadang balas dendam adalah jalan yang sering diambil manusia ketika berhadapan dengan orang yang telah menyakitinya. Membenci orang yang membenci kita, menyakiti balik orang yang menyakiti lebih dulu.
Apakah ini yang dikehendaki Tuhan? Tidak!
Mazmur 41:1-14, menyadarkan kita bahwa dalam dunia ini, kita akan berjumpa dengan orang-orang yang menyakiti kita, bahkan orang terdekat pun bisa mengkhianati. Tetapi membalas perbuatan menyakiti, bukanlah kewenangan kita.
Kita terbatas, sebab itu kita tidak bisa mengontrol perbuatan orang lain terhadap kita. Tetapi kita bisa mengontrol sikap kita. Mengendalikan tindakan kita sebagai respon atas sesuatu.
Ungkapan berikut ini patut direnungkan. “Mencari seorang sahabat adalah sukar, tetapi musuh akan datang sendiri tanpa diundang”.
Mari kita belajar dari cara Daud bertindak. Ia menyerahkan setiap kesedihan, kekesalan dan pergumulannya kepada Tuhan serta meminta Tuhan sendirilah yang bertindak dan menyatakan sikap terhadap semua musuh-musuh yang membencinya. Daud menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan.
Demikianlah patut bagi kita. Kita diingatkan untuk mendoakan semua orang termasuk orang-orang yang telah menyakiti kita. Kita harus menyerahkan kepada Tuhan setiap kesedihan, kekesalan dan tantangan yang dihadapi, serta membiarkan Tuhan yang bekerja menyatakan kuasaNya terhadap hidup kita tetapi juga bagi mereka yang memusuhi kita.
Sikap berserah ini, harus diikuti dengan kepercayaan penuh kepada Allah serta tindakan mengandalkan Dia. Percaya dan mengandalkan Tuhan akan menguatkan kita saat menanti pertolongan Tuhan.
Ada ungkapan, “Ketika tangan manusia bertindak akan menghasilkan perak, ketika tangan Tuhan bekerja akan menghasilkan emas”. Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bekerja lebih baik dari manusia. Manusia terbatas, sebaliknya bagi Tuhan tak ada yang mustahil.
Sebagai umat Tuhan, yang perlu kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa, berusaha dan membiarkan Tuhan yang selalu bekerja dan berkarya untuk mempersembahkan semua yang terbaik bagi diri dan kehidupan kita.
Berdoalah bagi mereka yang membenci, menganiaya, berlaku tidak adil bagi kita. Demikian teladan yang kita dapat dari kehidupan Tuhan Yesus. Ia rela disiksa tanpa membalas. Ia tetap mengasihi orang-orang berdosa dan melepas pengampunan bagi yang menganiayaNya.
Keteladanan Tuhan Yesus inilah yang perlu kita hidupi dalam aktivitas kita setiap hari. Selamat menghayati sengsara Tuhan Yesus. Amin.