Segala sesuatu sia-sia. Ungkapan Ini adalah Ungkapan terkenal dari Kitab pengkhotbah. Pernahkah saudara mengusahakan sesuatu dengan sedemikian giatnya, berkutat penuh waktu, terkuras jiwa dan raga, lalu semua ternyata sia-sia, hasilnya tidak seperti yang saudara inginkan. Orang berkata yg anda lakukan adalah hal yang bodoh, tidak ada gunanya, hidupmu sia-sia dan memang pada akhir sebuah hari saudara menyadari bahwa memang semua sia-sia dan tidak ada yg perduli dengan apa yang terjadi padamu. Merasa sendiri, terabaikan, dan sia-sia hidup ini..tidak ada artinya. Apakah benar berarti saudara hidup sia-sia?
Saudaraku.. Kitab Pengkhotbah memberi anda pengertian tentang itu.
Sia-sia diterjemahkan dari Bahasa Ibrani “Hebel” yang artinya uap atau nafas. Sia-sia adalah kata yang 38 kali disebutkan dalam Perjanjian Lama dan separuh sudah termuat dalam Kitab Pengkhotbah. Teolog Pdt. Gerrith Singgih memberikan sebuah kajian dari Penafsir beragama yahudi yaitu Michael Fox, bahwa “hebel” mau menekankan hidup ini adalah sesuatu yg absurd dalam arti ada jurang yg besar antara apa yang diharapkan dan apa yang dialami oleh manusia. Contoh, kita sudah susah-susah kuliah dan meraih gelar Phd, lulusnya malah nganggur dan kalaupun bekerja tdk sesuai jurusan atau Ketika mencari pekerjaan eh tidak diterima, dan yang diterima adalah yang tidak kuliah. Fox meminjam istilah “Absurd” dari Filsuf Prancis Albert Camus yang berkisah tentang Sisifus tokoh dalam mitologi Yunani. Sisifus mendorong batu karang kepuncak gunung, dan batu itu bergulir jatuh kembali dan itu harus dilakukan sepanjang hidupnya. Artinya… segala sesuatu adalah seperti uap, seperti nafas,…akan lenyap begitu saja. Sekuat apapun usaha kita,,,semuanya sia-sia. “Hebel” atau “Absurd” atau “sia-sia” adalah sebuah keadaan yang tidak seperti apa yang kita inginkan. Semua perjuangan kita seperti uap,,yang kemudian tidak terlihat atau hilang lenyap.
Saudaraku…adakah diantara kita yang hidup dalam keadaan sperti ini? Tampaknya hidup ini sia-sia. Tidak bertambah kemajuannya,, yang bertambah adalah masalahnya. Tidak bertambah kaya, malah bertambah susah. Tidak bertambah kepunyaan, eh yang bertambah malah pergumulan.
Pengkhotbah berkata segala sesuatunya adalah sia-sia, lalu apakah benar hidup kita yang berjalan tidak seperti yang kita inginkan berarti sia-sia?
Saudara… tampaknya Pengkhotbah adalah orang yang berpikir negatif, seolah-olah berkata “sia-sia biar kerja keras, nyanda mo berubah hidup ini, nanti juga akan hilang lenyap”, tapi sebenarnya tidak. Tapi Pengkhotbah juga memang tidak mengajak kita untuk berpikir positif seperti “tetaplah berjuang, saat ini kamu susah, nanti kamu pasti kaya raya dan berjaya tiada habisnya”. Itu bukan hal yang ingin disampaikan Pengkhotbah. Pengkhotbah mengajak kita untuk berpikir benar dan tidak melebih-lebihkannya. Belajar menerima Allah dalam segala kehendak-Nya! Jika Tuhan Allah Mau, apapun yang diijinkan-Nya terjadi, maka biarlah itu terjadi dan jangan pernah jauh dari-Nya karena jika kamu tanpa Tuhan, disitulah Kesia-siaan yang sesungguhnya.
Maka di dalam Pasal 4:17-5:6 Pengkhotbah memberi tanda awas pada 3 kelakuan yang lebih sia-sia daripada Kesia-siaan yang di beri lebel oleh dunia ini. Lebel Kesia-siaan dari dunia ini ditempelkan pada: Kegagalan, Kemiskinan, keadaan yang terpuruk, kesakitan, penderitaan, pergumulan dan masalah, Tetapi Kesia-siaan itu sesungguhnya ada pada kebodohan manusia yang tidak takut pada Tuhannya, sehingga ia :
- Mempersembahkan korban dalam kebodohan, berpikir bahwa yang penting telah membawa korban persembahan, hidup dalam dosa dan tidak mau melakukan Firman itu tidak apa-apa. (ay.17)
- Ada dalam percakapan yang bodoh. Banyak bicara tapi semuanya mengandung dosa dan juga menjerumuskan orang kedalam dosa (ay.2&5)
- Bernazar dalam kebodohan. Yang penting bernazar tanpa tau apa artinya sehingga melakukannya setengah-setengah dan tidak menepatinya (ay. 3).
Saudaraku….Isi dunia ini adalah ciptaan-Nya, milik-Nya, dan haruslah ada dalam kuasa dan kendali kehendak-Nya. Apa yang Ia ijinkan terjadi dalam hidup kita, sekalipun itu pergumulan dan masalah yang berat, sekalipun tampaknya mengecewakan dan sia-sia dari kacamata kita, tapi jika Tuhan mau…terimalah itu dan terus berjalan dalam jalan kebenaran-Nya. Pengkhotbah mau menjelaskan “hebel” atau Kesia-siaan memang pedih, tetapi jika kita menerima dan menjalaninya dengan takut akan Tuhan, kita bisa menemukan makna hidup, kita bisa melihat betapa berartinya hidup ini bahkan menikmati, juga bergembira atasnya. Inilah Absurditas hidup, sebuah wujud nyata seseorang yang hidup penuh hikmat yang diperolehnya ketika Ia takut akan Tuhan Allah. Sehingga Ia tidak jatuh dalam dosa yang mendatangkan murka Allah atasnya. Memang sulit, tapi Ini Level iman yang tinggi, Iman yang tidak abal-abal.
Saudaraku…Firman Tuhan berpesan kepada kita…Jagalah langkahmu kalau engkau berjalan ke Rumah Allah, Hidup jangan memaksakan maunya kita bagaimana, biarkan Tuhan mengendalikan hidup kita sesuai Firman-Nya sesuai kehendak-Nya. Jangan berpikir kita layak mendapatkan apa yang kita inginkan dari Tuhan karena merasa telah memberi banyak untuk-Nya. Karena saudara…sehebat apakah pemberian kita kepada Tuhan?
Ingatlah juga.. dari Surga ia mendengar setiap perkataanmu yang keluar dari hati dan mulutmu. Biarlah perkataanmu sedikit tapi itu memuliakan Tuhan Allah, bukan percakapan bodoh yang merusak hubunganmu dengan sesama, sekaligus hubunganmu dengan Tuhan Allah. Karena kamu tidak tahu apa yang akan Ia turunkan dari Surga ke bumi tempatmu berpijak, hanya karena perkataanmu.
Dan dalam bacaan kita inipun, Pengkhotbah mau mengajar kita untuk “Jangan Terlalu banyak bermimpi! Hiduplah dalam Realitas Iman yang sesungguhnya! Takutlah akan Allah. Umat Allah tampaknya terlalu banyak mimpi-mimpi atau angan-angan sehingga Pengkhotbah berkata “Mimpi Itu banyak demikian juga perkataan sia-sia banyak” (ay.6a). Kesia-siaan itu sebenarnya adalah segala tindakan orang bodoh yang membuatnya kena murka Allah. Berpikir bahwa dia telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan berharap Tuhan setuju dengan apa yang diinginkan dan dilakukannya. Bernazar lalu tidak menepati lalu berkata khilaf. Maka dari Itu Pengkhotbah berkata, “ Apakah Perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?” ingatlah bahwa Nazar itu bentuk percayamu kepada Tuhan. Tidak menepatinya menunjukan ragumu akan kuasa-Nya. Menurutmu, bahagiakah Tuhan jika Ia kau ragukan?Sia-sialah percayamu jika kamu hidup penuh keraguan. Orang yang banyak berjanji dan mengingkari, dengan alasan khilaf kepada kita,, apakah kita Bahagia? Demikian juga dengan Nazar yang tidak ditepati kepada Tuhan Allah. Tentu itu menyulut murka Tuhan. Tepati Nazarmu. Jangan Mimpi Tuhan untuk terus memberi apa yang kita mau, sementara kita terus hidup menurut apa yang kita mau tanpa perduli dengan apa yang Tuhan mau.
Saudaraku…Apapun yang sedang kau hadapi saat ini, masalahkah yg bertubi-tubi, pergumulankah yang tak kunjung henti, Jangan jadikan semua itu alasan untuk melakukan kebodohan yang membuatmu hidup sia-sia. Jadilah Kristen yang kuat, dan hidup Takutlah akan Allah. Amin.