Setelah dijatuhi hukuman mati; yakni diserahkan untuk disalibkan, seharusnya Yesus diberi waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian-Nya. Ada hukum yang dibuat oleh senat Romawi yang dikeluarkan karena adanya keluhan mengenai pelaksanaan hukuman yang tergesa-gesa, sehingga pelaksanaan hukuman itu harus ditunda setidaknya sepuluh hari setelah hukuman dijatuhkan. Tetapi Yesus tidak diberi waktu sedikitpun. Pada perikop pertama bagian bacaan ini; perlakuan keji yang dilakukan oleh pasukan tentara terhadap Yesus, saat segala sesuatu yang diperlukan untuk penyaliban-Nya sedang dipersiapkan. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah tua keungu-unguan untuk meniru jubah ungu yang biasa dipakai oleh para raja. Sandiwara yang mereka lakukan saat wajah-Nya memancarkan kesengsaraan dipertontonkan untuk menyatakan bahwa Dia orang yang menggelikan. Tidak hanya mengenakan jubah ungu, mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.
Hal ini dilakukan untuk meneruskan ejekan mereka terhadap-Nya, tetapi lebih dari itu mereka memang bermaksud untuk menyakiti-Nya. Bahkan memberikan sebatang buluh sebagai tongkat kerajaan untuk mencemooh-Nya. Mereka mengolok-olok dengan memanggil-Nya “Raja”, meludahi, memukul-Nya dengan buluh tersebut. Setelah itu Yesus dibawa untuk disalibkan. Penyiksaan kepada Yesus terus berlanjut dalam perjalanan, akhirnya mereka memaksa Simon orang Kirene untuk memikul salib Yesus, mungkin karena Yesus tidak bisa berjalan maju secepat yang mereka mau bila harus terus memikul salib di punggung-Nya atau karena mereka takut Ia pingsan atau mati sebelum tiba dilokasi penyaliban, yaitu di Golgota. Sesampainya di Golgota, Yesus diberi minum anggur bercampur empedu. Ini bukanlah minuman untuk menghilangkan rasa haus tapi merupakan ramuan yang biasanya diberikan kepada para penjahat yang disalib untuk mengurangi rasa sakit.
Yesus Kristus hanya mengecap dan tidak meminumnya, ini menunjukan bahwa penderitaan-Nya dialami dengan kesadaran yang penuh. Di atas kepala-Nya dipasang tulisan I.N.R.I: “Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum” artinya “Inilah Yesus Raja Orang Yahudi”, sebutan itu merupakan ejekan bagi-Nya. Yesus Kristus disalib di antara dua penyamun, yang seorang di sebelah kiri dan yang seorang lagi di sebelah kanan, tersalib di antara penjahat dan Yesus dianggap yang paling jahat karena posisi salib-Nya berada di tengah. Peristiwa ini bukanlah kebetulan, tapi penggenapan nubuat. Pembuktian bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan Allah dan dinantikan bangsa Israel. Olok-olokkan dan celaan dilakukan juga oleh orang-orang yang lewat di lokasi penyaliban termasuk para Imam, ahli-ahli Taurat dan para penyamun yang disalibkan bersama dengan Dia.
Beberapa orang menggunakan kata-kata yang digunakan Yesus tentang merobohkan Bait Suci dan membangunnya dalam tiga hari. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa perkataan Yesus Kristus itu adalah sebuah kiasan yang mengandung arti bahwa Ia akan mati tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit. Yesus sungguh-sungguh melewati via dolorosa untuk keselamatan umat manusia. Semua rentetan penyiksaan dan penghinaan terhadap Yesus Kristus diterima dan dijalani-Nya dengan tabah dan pasrah mengikuti kehendak Bapa-Nya. Ia tidak membalas tindakan penganiayaan dan hinaan kepada-Nya. Oleh sengsara dan kematian-Nya, Yesus Kristus mengalahkan Iblis yang berkuasa atas maut. Karya penyelamatan yang sarat dengan penderitaan ini berdampak dahsyat bagi mereka yang seharusnya mengalami kebinasaan kekal.
Bagaimana seharusnya respon kita terhadap pengorbanan Yesus yang sudah habis-habisan untuk menyelamatkan kita semua yang dikasihi-Nya dari dosa? Seharusnya kita penuh dengan ucapan syukur dan kerelaan untuk mengikut Dia dengan sungguh-sungguh tidak setengah-setengah atau paksaan, serta memikul salib kita masing-masing. Karena kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus, Dia bukan hanya Rex Iudaeorum (Raja orang Yahudi), tapi Yesus adalah Rex Mundi (Raja Dunia). Seorang Raja yang menunjukkan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang rela berkorban, taat, setia, bahkan setia sampai mati.
Karena itu, marilah kita belajar dari Yesus untuk bagaimana berlaku dalam kehidupan kita. Sebagai orang tertebus, marilah kita terus memberitakan karya kasih Kristus disalib kepada semua orang. Nyatakanlah kesaksian dengan berani dalam kehidupan kita, bahkan siaplah kita untuk menderita demi Kristus. Beritakanlah kabar keselamatan yang adalah kabar sukacita dan hiduplah dalam keselamatan itu. Selamat menghayati Minggu sengsara ke-6 ini, Tuhan Yesus memampukan dan memberkati kita semua, Amin.