Seorang yang baik bukan berarti tanpa tantangan dan kesulitan. Yusuf mendapat penyertaan dan berkat yang luar biasa dari Tuhan.
Dalam Kejadian 39 : 1 – 23, ada tiga ayat yang menuliskan: Tuhan menyertai Yusuf, ayat-ayat itu adalah : ayat 2 “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya” ayat 21 “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu” dan ayat 23b “… karena Tuhan menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil.” Namun, situasi dan kondisi yang dihadapi Yusuf sebagai orang yang mendapat penyertaan Tuhan, tidak selalu baik, tidak selalu aman, tidak selalu nyaman, malah banyaklah kesusahan yang dia alami.
Sebagai anak-anak, mungkin Yusuf “terlalu polos” dalam menceritakan mimpi-mimpinya sehingga saudara-saudaranya memiliki pandangan negatif tentang Yusuf. Akibatnya sangatlah miris, Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang Ismael (Kejadian 37:27). Sampai di Mesir, Potifar pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja membeli Yusuf dari orang Ismael. Setelah tinggal di rumah Potifar bertahun-tahun, “kepolosan” Yusuf mungkin membuat dia mudah difitnah oleh isteri Potifar, sehingga membawa Yusuf masuk dalam penjara. Tetapi dalam situasi beratpun, Yusuf tetap bersikap positif, tetap setia, rajin, terampil, teliti, jujur, loyal, mau terima beban kerja tambahan. Sikap Yusuf adalah kesaksian yang luar biasa.
Walaupun dalam situasi sulit dan penuh resiko, Yusuf tetap dalam kesetiaan dan tidak melakukan dosa. Di ayat 9b, ketika ada godaan besar dari isteri Potifar, Yusuf berkata “Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah ?” Luar biasa kesetiaan Yusuf kepada Tuhan! Saat itu, di rumah Potifar saat itu ia punya kesempatan karena hanya berdua di rumah dengan isteri Potifar dan dia punya “alasan” karena bukan dia yang mau, tapi isteri Potifar yang menggodanya. Tetapi Yusuf tetap setia pada Firman TUHAN, Yusuf sanggup menolak godaan itu, karena dia ingat dan setia pada Firman.
Hal ini mengingatkan kita pada cerita iblis menggoda Tuhan Yesus (Matius 4 : 1 – 10). Ketika Tuhan Yesus menghadapi godaan iblis, selalu dengan jawaban : “Sebab ada tertulis…” Misalnya ketika iblis berkata “Jika Engkau Anak Allah perintahkanlah batu-batu ini menjadi roti”. Tetapi Yesus menjawab : “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Ini menjadi jawaban yang ampuh dan resep yang akurat untuk menolak setiap godaan, yaitu dengan Firman TUHAN. Kesetiaan Yusuf teruji dan terbukti ketika ia mengambil keputusan untuk tetap takut dan setia pada TUHAN daripada hanyut dalam godaan isteri Potifar.
Begitu banyak godaan dunia yang selalu ada dekat dengan kita, yang setiap saat seperti singa mengaum-aum dan siap menerkam kita. Godaan seperti kekuasaan, uang, harta, jabatan, popularitas, seks bebas, teknologi dan lain sebagainya. Kalau kita tidak kuat dan tidak berani mengambil resiko untuk tetap pada jalan menurut Firman TUHAN, kita akan jatuh dalam dosa. Karena itu, kita terus diingatkan untuk menjaga kesetiaan kepada TUHAN, karena Ia mengatur segala sesuatu menjadi baik adanya. Menghadapi godaan-godaan dunia saat ini, komitmen pribadi sangat penting, namun kita tidak perlu bekerja sendiri. Roh Kudus menuntun kita.
Komponen keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah dan gereja dapat bekerja sama, saling menunjang, saling melengkapi dan bersinergi menghadapi situasi dunia saat ini. Kalau semua komponen ini melaksanakan tugas tanggung jawab masing-masing berdasarkan Firman TUHAN, pasti akan mendorong anak-anak TUHAN yang tangguh, berkualitas dan beriman teguh. Saudaraku, penyertaan TUHAN sangat kita butuhkan. Kesuksesan Yusuf adalah karena penyertaan TUHAN.
Firman TUHAN dalam bacaan kita berkata, “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya”. “karena Tuhan menyertai Yusuf dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil.” Penyertaan TUHAN dalam kehidupan kita juga pastilah telah terbukti. Namun, kalau kita masih ragu tentang hal ini, maka marilah kita membuka mata iman dan mata hati kita untuk melihat pekerjaan TUHAN dalam kehidupan kita. Karena banyak pekerjaan TUHAN terjadi dalam kehidupan kita dan disekitar kita, namun banyak orang tidak dapat melihat karya TUHAN yang indah itu. Keberadaan Sang Pencipta bisa dilihat dari karyanya. Ibarat kita melihat sebuah mobil Alphard terbaru parkir didepan rumah kita.
Apakah kita dapat berkata bahwa ribuan komponen dari mobil itu terkumpul sendiri, kemudian mobil itu terdesain sendiri secara otomatis, kemudian muncul dirumah kita? Pasti tidak demikian! Pastilah ada yang menciptakan, membuat mobil itu dan orang membawanya sehingga dapat kita gunakan.Namun, banyak orang ateis, tidak dapat melihat bahwa karya TUHAN nyata.Berkat karya TUHAN sesungguhnya sudah hadir dalam kehidupan kita, namun apakah mata kita dapat melihatnya?
Karya-karya TUHAN adalah berkat bagi kita. Menyadari janji berkat TUHAN, sering akan menjadi moment yang penuh pengharapan bagi banyak orang. Namun, kemudian sering juga hanya bersifat sementara. Ketika kembali menghadapi persoalan hidup dalam kehidupan sehari-hari, orang kembali pada sikap hatinya yang dahulu, yang sering meminta bukti dahulu, melihat dari kacamata duniawi dan tidak merasa nyaman bila hanya melihat dengan mata rohani dan berjalan dalam iman. Ketika persoalan datang bertubi-tubi, banyak orang kehilangan iman, dan berpindah pada rasionalisasi.
Tetapi cerita Yusuf kemudian, memberikan contoh nyata bahwa memang pertolongan TUHAN benar-benar akan datang. Yusuf dipenjara selama bertahun-tahun. Ia kemudian baru dibebaskan kembali dari penjara oleh karena penafsiran mimpi. Bayangkan bertahun-tahun dalam penjara, walaupun sebenarnya tidak bersalah! Namun Yusuf tetap dalam iman dan karya yang benar dihadapan TUHAN dan manusia! Suatu pelajaran bagi kita untuk menjalani masa-masa sulit, masa-masa penantian jawaban TUHAN dengan penuh iman, harap, setia berdoa, terus belajar berhikmat dan bekerja dengan rajin. Karena kita punya TUHAN. Dialah segala-galanya. Dia lebih berharga dari apapun juga didunia ini.
Apa yang dijanjikanNya nanti jauh lebih berharga dari apapun dalam dunia ini. Karena itu dalam kesusahanpun kita masih dapat bersyukur. Karena janji TUHAN bukan hanya didunia ini yang kita akan jalani kurang dari 120 tahun, melainkan nanti pada masa tahun-tahun yang tidak terhitung, sampai kekal selama-lamanya.Cerita Yusuf kemudian, dapat kita lihat, bahwa selain setia dan taat pada TUHAN, Yusuf telah bertambah hikmat dan cerdik. Tindakannya terlihat taktis dalam membantu pegawai Firaun sehingga dapat menjadi orang kepercayaan Firaun. Tidak lagi ia mudah dijebak oleh orang-orang jahat. Demikian juga dalam menghadapi saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan saat terjadi kekeringan besar.
Tindakan-tindakan Yusuf menunjukkan hubungan pribadi yang akrab dengan TUHAN, namun juga hikmat dan kecerdikan, dalam ketulusan dan hati yang tidak mendendam. Setelah menjadi orang kepercayaan Firaun, Yusuf tidak menggunakan posisinya untuk membalas perlakuan sadis saudara-saudaranya ataupun fitnah isteri Potifar.Saudaraku yang diberkati,Kesulitan berat yang dihadapi Yusuf, tidak membuat ia berubah menjadi orang yang frustrasi, stress, pahit hati, merajuk, kehilangan iman dan akal sehat! Melainkan Yusuf tetap setia dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi berhasil menjadi batu loncatan untuk kehidupan yang lebih baik bagi Yusuf dan membawa berkat bagi orang-orang disekitar Yusuf bahkan bagi bangsanya.
Dosa saudara-saudara Yusuf, isteri Potifar, jelas membawa kejadian negatif dan masa-masa yang kelam bagi Yusuf. Dosa pastilah membawa masalah namun, Allah bekerja untuk kebaikan. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28). Ibarat intan yang ditaruh dalam lumpur, anak-anak TUHAN yang setia, tetap berkilau walaupun dalam kesulitan. Karena TUHAN adalah kekuatan dan penolong kita. Puji TUHAN! Amin