Kokoh tidaknya sebuah bangunan, bukanlah tergantung pada megah, indah atau tingginya sebuah bangunan, tetapi kekuatannya adalah sangat bergantung pada fondasinya. Tanpa fondasi yang kuat memewah apapun yang dibangun pasti dijamin tidak akan bertahan. Demikian pula halnya dengan persekutuan umat Tuhan. Bahwa kokoh tidaknya persekutuan umat sangat ditentukan oleh pada dasar yang diletakkan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus Kristus sendiri sebagai Kepala Gereja dan Tuhan dunia, dan yang Empunya pekerjaan pelayanan didunia ini.
Dalam bacaan sebelumnya di pasal 3:1-9, diceritakan bahwa Paulus mendapat berita ttg jemaat Korintus, dari Keluarga Cloe (1:12) sedang terjadi perselisihan yang jika tidak diselesaikan akan membawa persekutuan jemaat pada perpecahan. Hal ini terjadi disebabkan diantara jemaat ada orang-orang yang mengagung-agungkan kemampuan pribadi bahkan menilai orang dan diri sendiri berdasarkan prestasi dan pencapaian yang didapat. Mereka mengagungkan orang yang mempunyai hikmat dan pikiran-pikiran cemerlang dalam ukuran mereka. Karna itu jangan heran sebagian jemaat ada yang mengagung-agungkan Paulus, Apolos dan juga Kefas, yang dianggap memiliki kemampuan lebih dari yang lain. Jemaat terjebak dalam pelayanan yang berfokus pada manusia. Dan ini tentu sangat keliru. Karena itu Paulus merasa bertanggung-jawab untuk menuntun jemaat pada kebenaran yang sesungguhnya. Melalui pembacaan saat ini Paulus menggunakan bahasa metafora bangunan, untuk menjelaskan kepada jemaat tentang posisi dan peran mereka dalam jemaat.
Diayat 9, Paulus katakan bahwa ia dan rekan-rekan sepelayanannya Apolos dan Kefas bahkan orang lain yang bekerja membangun bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan hanyalah sebagai pekerja. Bahwa ia adalah Rasul Yesus Kristus yang oleh anugerah kasih karuniaNya telah meletakkan dasar bangunan yaitu Yesus Kristus sendiri, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang yang membangun terus diatas dasar yang telah ada. Tidak ada posisi atau peran yang satu lebih dari yang lain, karena semua sama yaitu sebagai rekan sekerjanya Allah (ay.9). Mereka sebagai pekerja Allah tidaklah penting, tetapi dasarlah yang penting. Bahwa Kristuslah yang seharusnya menjadi fokus jemaat dalam pemberitaan firman dan bukan yang lain.
Ayat 11 katakan: “karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus.” Ayat ini hendak menjelaskan bahwa hanya satu fondasi yang diperlukan dalam proses membangun. Setelah pondasi itu diletakkan maka tidak perlu lagi ada fondasi yang lain. Kristus adalah satu-satunya dasar yang benar. Disini kita melihat bahwa Paulus adalah orang yang sangat tahu dan sangat mengerti apa yang sedang dibangunnya, makanya dalam pembacaan ini ia menyebut diri sebagai seorang ahli bangunan yang cakap. Ia tidak silau dengan pujian orang yang mengagung-agungkan dirinya, tetapi pun ia tidak kuatir apalagi sedih dengan orang lain yang mengagungkan pekerja yang lain seperti Apolos & Kefas.
Paulus menyadari bahwa fokus pekerjaan pelayanannya adalah Kristus sebagai satu-satunya fondasi yang kokoh dan kuat dari bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan. Ia tidak membiarkan dirinya menjadi fokus dalam pelayanan, sebaliknya malah ia memberi diri sepenuhnya untuk mengabarkan tentang siapa Yesus, seperti yang ia sampaikan dalam Filipi 1:21 & 22 : ” karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Melalui perenungan firman ini tentu mengajak kita semua sebagai pekerja-pekerja Allah dimasa kini untuk mengevaluasi kerja dan pelayanan yang dipercayakan Allah kepada masing-masing kita. Sebab pelayanan yang sedang kita kerjakan sangatlah bergantung pada fondasi yang kita letakkan dihati kita. Apakah fokus kita ada pada Kristus ataukah ada pada diri kita sendiri. Saat ini banyak orang yang terjebak pada fokus yang keliru, yang mengukur keberhasilan dalam pelayanan bukanlah pada pertumbuhan iman jemaat supaya menjadi jemaat yang memuliakan Tuhan.
Seorang pendeta atau pelayan Tuhan lainnya akan dikatakan hebat kalau khotbahnya
berapi-api dan isinya bisa membuat jemaat tertawa karena banyak lucunya. Jika demikian
menjadi pertanyaan bagi kita, apa bedanya ibadah dengan acara stand up komedi.yang
ditayangkan ditelevisi? Atau seperti yang dituliskan dalam renungan Pelita yang diterbitkan
oleh Sinode GMIM, bahwa pada masa sekarang ini ada beberapa parameter yang dipakai
utk mengukur keberhasilan dalam jemaat, bahwa seorang pelayan akan dikatakan berhasil
jika dapat membangun gedung gereja yang megah, atau dikatakan berhasil jika dapat
melipatgandakan aset jemaat, dan ada juga yang mengukur keberhasilannya dari segi
pemberdayaan organisasi. Ini istilahnya betis, beda-beda tipis dengan yang terjadi dijemaat
Korintus, bahwa fokus pelayanan bukan lagi pada pertumbuhan iman jemaat yang memuliakan Tuhan sebagai fondasi utama dalam pembangunan bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan, tetapi pada manusianya.
Dan Paulus dalam bacaan firman saat ini menegaskan tidak ada org bisa bermegah dengan dirinya sendiri, karena dihadapan Allah
yang berhikmat sekalipun dalam pandangan dunia ini, adalah merupakan kebodohan bagi
Allah (ay.18). Selanjutnya dalam suratnya ini pun Paulus mengingatkan jemaat bahwa yang tidak
kalah pentingnya juga adalah pada soal proses pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja diatas
dasar yang telah diletakkan itu.
Kata Firman Tuhan diayat 12 “Entahkah orang membangun diatas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami.” Disini Paulus hendak menekankan bahwa pekerjaan membangun bangunannya Allah janganlah asal-asalan dan sembarangan serta sembrono, karena ada standard yang telah ditetapkan oleh Allah. Melalui penggambaran bahan-bahan material tadi Paulus hendak menunjukkan tentang kualitas yang dimiliki seoranh pekerja. Pekerja yang membangun dengan emas, perak dan batu permata adalah gambaran pekerja yang sungguh- sungguh melakan pekerjaannya. Bahwa ia sungguh-sungguh membangun umat Tuhan bukan ke arah dirinya tetapi ke arah Kristus. Bahwa keseluruhan hidupnya dipakai untuk membawa jemaat
memuliakan Allah.
Karena bahan-bahan material seperi emas, perak dan batu permata adalah bahan-bahan yang tahan uji terhadap api, karena bagi orang Korintus api adalah alat penguji yang paling ampuh dari bangunan yang mrk miliki. Sebaliknya pekerja yang membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami adalah gambaran pekerja yang tidak sungguh-sungguh, yang bekerja tidak sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh Allah, akibatnya dia akan menuai kerugian. Allah telah mempercayakan bangunanNya yaitu umatNya. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita adalah pekerja yang sungguh-sungguh berkerja sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Bahwa yang kita kerjakan adalah dalam rangka membawa umat memuliakan Tuhan atau tidak. Jika iya maka kita mempersiapkan dengan sebaik mungkin apa yang akan disampaikan dan diajarkan, menggali firman, mengajarkan dan melakukan firman dengan sebaik mungkin.
Karena kita adalah pelaku firman Tuhan yang pertama. Karena itu lewat firman ini mengajak kita mari berjuang terus untuk memberi yang terbaik bagi Allah lewat pekerjaan yang telah Ia Percayakan kepada kita. Kita ini adalah Bait Allah dan Roh Allah tinggal didalam kita, dan ini tentu menjadi kekuatan bagi kita, bahwa sekalipun pekerjaan pelayanan yang kita kerjakan tidak mudah, bahkan mungkin kadangkala kita merasa tidak kuat untuk melangkah karena kelemahan dan keterbatasan kita, tetapi Roh Allah yang ada didalam diri kita pasti akan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk bisa mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Kita harus bisa memberi yang terbaik bagi Dia, karena kita ini adalah umat milik kepunyaanNya. Amin