Waktu yang terus berjalan menghantarkan segala kehidupan dalam dunia, tiba di tahun 2023, dengan peradaban, sosial, ekononi dan teknologi tentu terus berkembang dan semakin canggih. Dewasa ini era dapat berubah dengan cepat, perubahan demikianpun menuntut manusia yang hidup didalamnya mampu menyesuaikan dalam kemajuan bahkan dalam pergulatan dan gesekan yang terjadi didalamnya. Merasa diri lebih hebat dari yang lain dan perbedaan pendapat adalah hal yang sering terjadi entah dalam lingkup keluarga, pergaulan, pekerjaan, organisasi, bahkan dalam hidup bergereja.
Sebagai umat percaya yang hidup dalam dunia ini dituntut untuk tetap bertahan dalam iman kepada Kristus serta mampu menyesuaikan dan menghadapi arus perkembangan juga permasalahan yang sering menimbulkan gesekan, perselisihan yang bisa berakhir pada perpecahan. Tidak perlu ditutupi berbagai pergesekan dan perpecahan ini nyata dalam hidup gereja Tuhan. Beda pendapat, perselisihan, iri hati, caci maki antara jemaat dan para pelayan Tuhan tidak terelakan, bahkan beribadahpun sepertinya hanya menjadi rutinitas belaka, dan terkadang sampai ada jemaat yang meninggalkan iman percayanya kepada Kristus.
Jemaat Filipi adalah suatu jemaat Kristen di Eropa, tepatnya di Yunani, yang terdiri dari orang Kristen non Yahudi, dan sebagian kecil Kristen Yahudi, jemaat yang murah hati dalam pemberian dana menopang kerja pelayanan Paulus. Surat Paulus kepada jemaat di Filipi adalah surat yang ditulis Rasul Paulus dari dalam Penjara, Timotius membantu mengantar surat ini, dan tertuju kepada seluruh orang percaya, penilik jemaat dan diaken. Memuat segala ucapan syukur, doa, nasihat, teguran dan penguatan iman bagi jemaat yang terus bertahan dalam iman kepada Kristus, walaupun jemaat yang adalah hasil pelayanan Paulus ini terancam berbagai problematika, yaitu ancaman perpecahan dalam lingkup jemaat, ancaman perpecahan yang terjadi lingkup jemaat, dalam hal ini para pelayan jemaat yaitu Eoudia dan Sintikhe yang adalah diakon (pelayan meja), dan masuknya Guru-guru palsu, Paulus menyebut mereka anjing-anjing (Fil 3:2) yang hendak mengeruhkan dan memecah belah jemaat dengan ajaran” palsu.
Filipi 2:1-11 secara khusus adalah nasihat yang menekankan sikap kerendahan Kristus dalam membangun kesatuan jemaat sebagai umat Allah, dikarenakan perbedaan pendapat, perselisihan, egois, merasa diri lebih benar dan hebat mengakibatkan ancaman perpecahan dalam tubuh jemaat, berita ini diketahui Paulus atas informasi dari rekan-rekan pelayanannya yang mengunjungi Paulus ketika ia ada dalam penjara. Pada ayat 1-4 adalah nasihat bagi jemaat untuk terfokus pada kasih Kristus yang mempersatukan, agar jemaat FIlipi tetap memandang Kristus dalam membangun hidup berjemaat. Paulus tentu bersukacita melihat jemaat yang terus teguh bertahan dalam berbagai penderitaan, ajakan untuk tetap sehati sepikir dalam kawih jiwa dan tujuan, kerendahan hati, serta memperdulikan orang lain sebagai sesama manusia dan jemaat Tuhan.
Ayat 6-11, Paulus semakin menekankan jemaat untuk melihat Kristus sebagai Tuhan yang merendahkan diri menjadi manusia, dalam ketaatan hingga Allah meninggikanNya, sebagai contoh dan teladan hidup yang benar dalam kebersamaan hidup jemaat.Kehidupan di era yang terus berkembang secara dinamis membuat manusia kini menggantungkan diri pada perkembangan itu sendiri. Dalam perkembangan itu kadang manusia melupakan Tuhan sebagai sumber Ilmu Pengetahuan. Manusia sering menganggap dirinya paling hebat, dan mulai bertindak sombong, ambisius, mementingkan diri sendiri, menganggap orang lain lebih rendah, dan cenderung berbenturan dengan sesama, bahkan menjerumuskan sesama teman, kolega, keluarga. Padahal sesungguhnya manusia itu rapuh. Manusia bukan apa-apa tanpa Yesus Kristus, yang rela untuk turun ke dunia, mengosongkan diriNya, menjadi rupa sebagai seorang hamba, mengerjakan karya selamat di atas kayu salib dan bangkit mengalahkan dosa.
Semuanya Ia lakukan karena keberdosaan dan kerapuhan kita sebagai manusia. Ia merendahkan diri-Nya agar manusia yang berdosa diberikan ruang kasih mempersatukan dalam KerajaanNya, menjadi berharga di hadapan Allah.Panggilah hidup orang percaya di masa kini semakin diuji, perjalanan kehidupan Gereja kedepan tentu kelak mau tidak mau harus diserahkan kepada generasi kedepan. Tidak ada yang benar-benar sama, semua diciptakan Allah dengan talenta dan karunia yang berbeda-beda, dan perbedaan ini bukan untuk merasa diri hebat dan memecah belahkan, akan tetapi untuk semakin merendahkan hati dan saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Tidak perlu saling menyalahkan keadaan, tetapi marilah saling mengajak dan menyemangati supaya Firman Allah terus diberitakan, dalam kesatuan serta kerendahan hati jemaat dan pelayan Tuhan untuk tetap mencerminkan teladan Kristus. Kiranya wajah Kristus terus nyata dalam hidup orang percaya dan menjadi satu dalam Kristus, Tuhan menolong dan memberkati!